Tuesday, September 9, 2014

Word from IKEA founder


ASI vs Susu Formula

PENTING UNTUK DIBACA UNTUK PARA IBU
(HEBOH) Pengakuan salah satu produsen Susu Formula
Jadi inget, dulu pernah bikin riset tentang susu formula merek X, buatan... Eropa di pertengahan tahun 2008. Interviewnya sama dokter-dokter anak di Indonesia, pas banget ketika saya sedang hamil.
Ketika saya ikut serta dalam riset ini, saya belum kebayang sama sekali bakal kasih ASI sampai 22bulan, dan kasih homemade food ke Alika; anak saya, dan gak memberikan susu formula sama sekali. Boro-boro kebayang pumping ASI dan bawa-bawa pompa dan segambreng peralatan perang ASI lainnya, wong dulu tuh mikirnya pasti soal “merek susu apa ya yg bagus?” atau nanya ke orang-orang: “Merek susu apa ya yang bagus?”.
Sampai suatu hari Saya dapat kesempatan untuk bantu di project riset tentang susu formula merek ini. Fyi: ini adalah salah satu merek susu buatan Eropa yang terkenal di Indonesia.
Dan sebelum fieldwork dimulai, saya seperti biasa melakukan brainstorming meeting bersama orang brand (Orang Swiss) dan orang R&D yg menjadi salah satu peracik formula susunya (Dokter asal New Zealand).
Dari hasil brainstorming meeting ternyata diketahui bahwa alasan mereka membuat study pemasaran di Indonesia karena pangsa pasar susu formula di Indonesia itu sangat besar, termasuk dalam 5 besar di dunia. Sementara, di Eropa sendiri para produsen susu formula sangat susah buat jualan produk susu formula, karena pemerintahnya sangat galak dan sangat ketat dalam mengatur penjualan susu formula.
Hal ini berbeda dengan pemerintah Indonesia yang belum galak dan masih “Pro” Susu formula. Belum lagi ditambah dengan adanya stigma dari orang Eropa mengenai susu formula yang dianggap “rubbish product” – karena terlalu banyaknya process dalam pembuatannya: dari cair ke bubuk dan terlalu banyak bahan kimia yang dibutuhkan dalam proses pengubahan bentuknya dan terlalu banyak fortifikasi yang artinya terlalu banyak bahan kimia di dalamnya.
Makanya produk X ini mau meningkatkan penjualannya di Indonesia, karena memang lebih mudah dan lebih gampang
Ketika Saya mendengar cerita itu di meeting itu, Saya sebenarnya sudah agak shock dengan keterangan mereka, karena pemahaman saya mengenai susu formula “yang sangat sehat” ternyata salah.
Namun memang, meski sudah mendengar penjelasan orang Brand dan R&D tersebut, penjelasan tersebut masih belum begitu bisa membuat hati saya tergerak untuk memberikan ASI pada calon Bayi Saya. Saya bahkan masih terpikir untuk tetap kasih formula…. Mungkin campur laah 50% ASI : 50% formula. Kan saya kerja..?? *alesan*
Setelah selesai brainstorming meeting, saya iseng bertanya pada orang R&D yang meracik susu formula merek ini, karena beliau adalah Ibu dari 1 anak, dan anaknya berusia 3thn. Tujuannya seperti biasa, karena saya ingin cari referensi mengenai merek susu formula, soalnya dia kan dokter dan R&D susu formula. Jadi pastinya referensinya OK
Jadi langsung saja Saya tanya ke beliau, “Kalau Anda dulu kasih susu formula merek apa?” (dengan keyakinan, pasti dia akan bilang merek yang dia racik).
Ternyata saya mendengar jawaban diluar harapan saya, karena dia bilang:”Saya tidak kasih susu formula sama sekali” *Saya bengong*.
Lalu saya tanya lagi: “Terus dikasih apa? Susu UHT?”
Dijawab sama beliau: “Tidak, saya baru kasih UHT ketika umur 2 tahun” *dan saya makin bingung dan shock*
Saya tanya lagi: “Terus dari 0 – 2 tahun anak Anda dikasih apa?”
Dia jawab sambil tersenyum: “Saya kasih ASI, karena susu formula itu nutrisinya itu tidak sebanding dengan ASI.”
Agak shock denger jawaban dari si ibu R&d itu. Apalagi pas denger dia bilang lagi: “Saya menyusui sampai anak saya umur 24 bln, setelah itu langsung saya kasih UHT. No formula at all!” *Dan saya pun menganga*
Saya tanya lagi” seriously?”
Dia jawab lagi: “Yup. Very serious”. Dan semua orang mendorong saya untuk memberikan ASI. Jadi masa menyusui Saya menjadi lebih mudah”
Tetapi tetep aja… Meski sudah denger pengakuan si R&D itu… Saya masih agak tidak percaya dengan pengakuan dia, sampai pada akhirnya saya menginterview 5 dokter anak di Indonesia: 3 yang Pro ASI, dan 2 Yang Tidak Pro ASI.
Hasilnya? Semua dokter anak yg diinterview itu mengakui hal yang sama: ASI is the best dan paling cocok dengan metabolisme bayi. Dan susu formula cuma bisa diserap 0leh sekian persen oleh tubuh bayi.
Bahkan 2 dari 3 dokter yg pro ASI kasih urutan gimana nutrisi diserap bayi dari bayi masih dalam kandungan sampai dia 2 thn:
ketika bayi di kandungan: bayi akan menyerap semua nutrisi dari sari makanan (bukan susu ya) yang dikonsumsi ibunya. Dan nutrisi yang dibutuhkan oleh si Bayi ketika dalam kandungan itu cuma sedikit, tidak perlu jumlah yang banyak, karena si janin itu kan juga ukurannya masih sangat kecil jika dibandingkan kebutuhan manusia biasa.
Jadi even Susu hamil juga tidak perlu, karena kebutuhan kalsium/folat/AA/DHA/Kolin itu bisa didapat dari makanan yang dikonsumsi oleh si Ibu. Jadi, asal Ibu makan makanan yang sehat (sayur, ikan, telur, daging, buah) secukupnya, pasti kebutuhan nutrisi sang janin dan sang Ibu akan terpenuhi.
Dan dokter kandungan biasanya sudah kasih vitamin dan supplement yang menunjang nutrisi sang janin. Jadi minum susu hamil sebenarnya malah bisa membuat Ibu obesitas karena kelebihan kalori (bukan nutrisi).
Ketika bayi umur 0-6bln: Bayi cuma bisa menyerap ASI, karena ASI sangat sesuai dengan pencernaan bayi yang masih sangat rentan dan sangat sensitif, karena kandungan ASI yang sangat spesifik. Dan AA, DHA, AA, dsb yang di dalam ASI-lah yang cuma bisa diserap sempurna oleh otak Bayi . Sementara kandungan dalam susu formula secara umum cuma bisa diserap bayi 5-10% kalau tidak salah (lupa euy, udah lama banget soalnya risetnya) CMIIW.
Ketika bayi usia 6-12bln: Bayi menyerap 70%ASI, dan 30% nya adalah sari makanan.
Oleh karena dari itu, buat Ibu-ibu yang anak-anaknya usia 6-12bulan, sebenarnya di masa ini tidak perlu terlalu khawatir kalau anaknya ketika di usia ini masih susah makan, karena di masa ini sebenarnya adalah masa untuk mulai mengajarkan anak dan mengenalkan anak makanan padat, bukan untuk memenuhi kebutuhan total nutrisi harian anak. Sementara susu formula? Cuma bisa diserap sekitar 15-20% (CMIIW).
Ketika bayi usia 12 – 18bln: Bayi bisa menyerap ASI 50% dan sari makanan 50%
Ketika bayi usia 18-24bln:Bayi menyerap ASI sebesar 30% dan sari makanan 70%, dan disini peran ASI lebih pada daya tahan/body immunity, karena di usia ini bayi sangat rentan terkena virus/bakteri karena sudah mulai lebih banyak memakan makanan padat dan mulai mengalami fase oral alias mulai memasukkan semua barang ke mulut
Dan AA, DHA, Kolin, Prebiotik yang dibutuhkan Bayi di rentang usia ini hanya bisa diserap sempurna 100% kalau sumbernya dari sari makanan yang dimakan oleh bayi dan dari ASI (dari sari makanan yang dikonsumsi Ibu yang menyusui).
Sementara ketika anak berusia 2thn ke atas, sebenarnya susu formula sudah tidak bisa diserap lagi karena memang sudah tidak ada perannya dalam pertumbuhan anak, sementara ASI msh bisa diserap untuk kepentingan daya tahan tubuh/body immunity.
Oleh karena itu, bayi yang mengkonsumsi susu formula biasanya akan sangat jauh lebih gemuk, karena memang kandungannya tidak terpakai dan tidak terserap dengan sempurna, sehingga berubah bentuk jadi lemak, sementara ASI terserap sempurna oleh tiap elemen dalam tubuh bayi, terutama oleh otak si Bayi
Oleh karena itu juga, menurut pengakuan 2 dokter yang tidak Pro ASI, mereka biasanya kalau menyarankan susu formula pasti selalu dengan alasan: “Biar anak Ibu lebih gemuk/tidak kekurangan berat badan” (itu pengakuan para dokter itu loh.. )
Dan… DHA, AA, Kolin, Spengomiolyn yang ada di susu formula sampai sekarang belum diketahui manfaatnya..atau bahkan efek sampingnya!! (Dan menurut orang brand dan orang R&D brand X ini, WHO juga sudah menyatakan hal yang sama soal ini).
Kenapa dikatakan belum ketahuan manfaat dan efek sampingnya? Karena bayi-bayi yang mengkonsumsi susu dengan kandungan AA, DHA, Kolin, dsb ini rata2 lahir dari tahun 2000 ke atas, tahun-tahun di mana kandungan-kandungan ini mulai diperkenalkan oleh para produsen susu formula.
Dan bayi-bayi yang mengkonsumsi AA, DHA, LA dsb yang ada dalam susu formula ini BELUM ADA yang menjadi ibu, sehingga belum tahu efek jangka panjang dan efek domino yang dihasilkan oleh kandungan-kandungan itu.
Dan pengakuan yang paling menakutkan buat saya sebenarnya adalah ketika orang brand dan R&D dari brand susu formula X ini menceritakan kalau semua kandungan itu tidak ada yang pernah diuji cobakan ke bayi manusia sebelumnya!!! (Scary huh?!!)
Akhirnya, sejak saya tahu info-info soal itu, mata saya jadi terbuka sangat-sangat lebar…. Dan sejak saat itu juga saya langsung mengubah niat saya untuk kasih ASI, karena Saya pikir “Yang membuat racikan susu formula saja kasih ASI, masa Saya engga?”
Demikian sharing pengalaman Saya. Mohon maaf ya kalau ada yang tidak berkenan atau salah-salah info.

Monday, September 8, 2014

Founder of TaoKaeNoi

Biography

Aitthipat Kulapongvanich, 28-year-old (born in 1984), is one of Thailand's most well-known seawed brand "TaoKaeNoi" founder and chief executive officer. His not only same age with Mark Zuckerberg and two of them also start up their superstar business which is founded in 2004. In 2010 and 2011, the total turnover of TaoKaeNoi is more than one billion baht (approximately RM 1 billion). Since 2010 until today, the growth rate as high as 30%. It is not only the No.1 brand of seaweed in Thailand and it also exported to over 20 countries. Now, his story was made into a movie name “Top Secret of Young Billionaire” to explore the road of his legendary seaweed business.

Story of TaoKaeNoi

You might not hear the name of Aitthipat Kulapongvanich but you must recognize and eaten TaoKaeNoi seaweed from Thailand. When it comes to young entrepreneurs, founder of Facebook Mark Zuckerberg is the world's most famous young entreprenuer currently. Mark Zuckerberg wrote the entrepreneurial legend in the U.S. Nevertheless, Aitthipat Kulapongvanich also create the history of the new born young entrepreneur in Thailand . During the age of 20, Aitthipat Kulapongvanich introduction the fried thick slices seaweed from traditional Thai shop and China. He transformed it into Thai snacks and the price is much cheaper than Japanese and Korean seaweed. In addition, TaoKaeNoi conquered up to 80% of market share in Thailand and increase its overseas markets to more than 20 countries. His short-term goal is let every Asians know TaoKaeNoi is the number 1 seaweed in Asia in the first five years. Besides that, his long-term goal is to let the world recognize the brand of TaoKaeNoi!
 
Love truancy, Play video games, and Fail in the road of entrepreneur
 

Aitthipat Kulapongvanich originally just love truancy and play video games. He is a rebellious youth. Although his parents’ business hit by the financial crisis 1997, but he relying on the sale of online games’ treasure and earn 400k baht per month (equivalent RM40k). He able to living by does not have to take the pocket money from his parents. However, his family’s financial getting worse and worse. In 2002, his family declared bankruptcy and in debt up to 40million baht. He no longer "stays out" from this problem anymore. Therefore, he quit the school to the world of entrepreneur in order to reverse his family's financial issues.
    The most uncomfortable day in life is he saw his mother crying because creditors chasing back home. He asked himself “What should I do?” Aitthipat Kulapongvanich(18 years old) walking in Chinatown in Bangkok. He observed many Chinese Thais like to eat sugar fried chestnut, but only can get it in Chinatown. He wondered if introduce the chestnut to shopping mall that people frequently go, it’s so convenient to have it. Therefore, he had the first business idea. Aitthipat Kulapongvanich decides aim for Chinese Thais marketing and it became hot. Within a year and half, he opened 30 chestnut stores in Thailand's largest hypermarket TESCO Lotus and Big C. Nevertheless, new CEO of TESCO Lotus ordered Aitthipat Kulapongvanich cannot sell his chestnut in the stores because of the odor impact in the mall environment. By the force of management, he asked people fried at outside and then sent to the stores, but the taste is bad. Business volume was straight forward cut into half. Aitthipat Kulapongvanich force to find another way out. Besides than selling chestnut, he found that seaweed was one of the hot selling items and decided to aim the Thailand's fledgling seaweed consumer market. A 20 years old boy faces a lot of continuous and able to stand up. He shared about his view of positive attitude "The challenge for me is opportunity; let myself develop own ability and learn to grow up." In order to expand the customer base, he decided create his own brand and locked the leading convenience store 7-ELEVEn in Thailand as the path of marketing the product. The name of Tao Kae Noi is come from his father’s laughed "our son wants to be a Tao Kae Noi!”

Find the right merchandise and pathways, Struggling until SUCCESS

    Aitthipat Kulapongvanich’s efforts and perseverance has nothing different from other successful entrepreneurs, but Tao Kae Noi has hundred millions of sales is because of 7-ELEVEn’s boost up in Thailand. He shared his experience to approach 7-ELEVEn. Management ignores his proposal and brutally criticized the“packaging is too ugly". At that time, his propose the seaweed that only with plastic bags and stickers pasted outside, just like sold at vegetable market. Of course, it doesn’t attract 7-ELEVEn. He spent around two months to modify the packaging design. Finally, he received the good news. “7-ELEVEn say they are interested and asked whether I willing to sell my seaweed in 3,000 stores?" Although he gets the huge orders, he failed to breathe a sigh of relief because of the production test. Without any food production line management experience, he must financing to set up the factory and get the products passed the GMP certification as 7-ELEVEn’s requirements in two months. He writes the proposal to applying for the loan, but the bank refused because he was too young. He had no choice to sell his chestnut business to fund-raising for Tao Kae Noi. In both plant operations and food certification, he completely relies on self-learning and step by step to cross the obstacles. At the end, he passes the test. The most important is to have the right mindset. You have to believe in yourself that you can do it and willing to struggle for it. He said if I waiting to raise enough capital to start up the business, perhaps I did not have such a great opportunity.
 
Start up business just like playing video games, persist in break-off is the WINNER

    Aitthipat Kulapongvanich would like to share “Life is very short, find something you like as soon as possible and do not blindly listen to others. You want to listen to your own voice and never lost your own heart.” Nobody agree with his suspension of University. During he faced the chestnut career downturn, he has once thought of give up, but because of enthusiasm and support of his family, he finally did not flinch. Business is like playing video games, clear every stage and move forward to be the winner. But we must continue to play it and never give up. Currently, Tao Kae Noi has 18 stores in Bangkok, Thailand. He has been prepared listed in the Thai stock market and expected to complete the job either this year to next year. From the video game kid to billionaire, Aitthipat Kulapongvanich rewrites the imagination of the average person on the path of entrepreneur again. Tao Kae Noi is step by step towards the road of“Big Tao Kae Noi”.
 

 

Mengapa Anak TK Tak Boleh Diajari Calistung?

Pertanyaan bpk ANH:
Apa dengan tidak mengajarkan ke anak (Calistung) di usia emas nya itu berarti memanjakankan anak yang memiliki kemampuan akademisnya…..
Kita khan bisa menyelipkan huruf2 ato angka2 dalam proses bermain anak. Kalau mereka mampu kenapa tidak diteruskan (kemampuan otak anak juga berbeda-beda ada yang mudah nangkap dan ingatannya tajam dan ada juga yang tidak khan Bu…..)
Jawaban:
Jd begini Pak, kami menyadari bahwa mayoritas orang Indonesia itu tdk memahami perkembangan otak anak, hal itu mengakibatkan para ortu salah mengasuh dan para guru salah mendidik. Dan apa akibatnya dr salah2 itu?
Kita bisa lihat orang tua yg seharusnya sdh dewasa bertingkah spt anak2. Banyak. Contoh gampangnya anggota DPR kita yth. Tingkahnya persis anak TK. Kerja nggak bener tp minta imbalan lebih, nggak dikasih ma rakyat tp malah ngelunjak.
Contoh ke-2, kita lebih banyak mencetak insan2 bermental pegawai bukan visioner, bukan pakar/ahli dibidang masing2, bukan orang2 yg bermental pengusaha pembuka lowongan kerja. Rakyat Indonesia tdk suka mengambil resiko kegagalan, pilih jd pegawai krn tenang mendapat gaji bulanan tp ketika di PHK kelabakan nggak punya keterampilan.
Contoh ke-3, kita terbiasa mengapresiasi rangking teratas (5/10 besar), nilai sempurna (80-100) kita jarang mengapresiasi kerja keras mereka dalam belajar. Padahal ada anak yg sudah belajar mati2an tapi mereka tetep gak dpt nilai bagus gak dapet rangking krn kemampuan mereka tdk sama dan bakat mereka pun beda2. Akibatnya? ketika UN sekolah melakukan kecurangan diamini oleh ortu (sdh terjadi bukan?) Kalau anak2 kita terbiasa dihargai kerja kerasnya bukan angka atau nilainya semata, mereka pasti menolak disuruh curang, karena mereka PD dengan hasil usaha belajarnya sendiri, tapi nyatanya…buanyakkk anak2 itu yg melaksanakan perintah memalukan itu. Dan kita sekarang pun memiliki pahlawan cilik kejujuran segala.
Para ahli otak di dunia termasuk di Indonesia semacam Indonesian Neuroscience Society sdh lama melakukan penelitian bahwa: otak anak2 itu belum berkembang sempurna(matang) hingga dia berusia 20-25th! stlh sempurna baru mereka dianggap yg namanya “Dewasa”. Bayangkan!
Otak kita dibagi 3: batang otak (diatas leher), limbik (kepala bg belakang), dan pre frontal cortex/PFC (kepala bag depan/di jidat). Perkembangan ketiganya itu pun sesuai dng urutan diatas. Jd PFC itulah yg terakhir berkembang dng sempurna dan yg menandakan seseorang mjd dewasa.
Kita pasti sdh familiar dengan kisah Rosulallah yg ketika mengimami sholat beliau sujudnya lamaaaa sekali. Lalu para sahabat bertanya: “kenapa lama? apakah Rosulallah sedang menerima wahyu dr Allah SWT?” Rosul menjawab:”tidak, cucuku tadi menaiki punggungku”. Jd beliau menunggu sampai cucunya turun dr punggungnya. Beliau tdk memberi isyarat pd cucunya unt turun. Tak spt kita, kalau kita paling dicubit itu anak hahaha.. benar bukan?
Apa yg kita petik dr kisah diatas? Rosul lebih mementingkan/mendahulukan cucunya yg sedang bermain2 ketimbang ibadahnya! Subhanallah…!
Dan apa hubungan kisah diatas dengan perkembangan otak?
Sambungan otak anak2 itu belum sempurna, otak mereka baru siap menerima hal2 kognitif pada usia 7-8 th. Sebelum usia itu, dunia mereka yg pantas adalah hanya bermain, bermain dan bermain. Dan mereka PUN tidak boleh DIMARAHI. Allahuakbar! Sebelum ada ahli otak yg meneliti, Rosulallah sudah menerapkan hal itu pada cucunya!
Lalu apa akibatnya kalau masa2 usia bermain mereka direnggut untuk belajar hal2 yg kognitif? –> Dewasanya kelak mereka bertingkah spt anak kecil: suka mengurung burung demi kesenangannya sendiri, sakit2an karena ingin diperhatikan orang2 sekitarnya, spt anggota DPR yg saya tuliskan di atas, korupsi demi kepentingan diri sendiri/keluarga/golongan dan tdk merasa bersalah malah ngeles terus di pengadilan, dannn sikap kekanak2an lainnya
Kalau kita ingin membuktikannya, ada ciri2 yang mudah kita lihat bahwa perkembangan otak anak2 belum siap untuk menerima hal2 kognitif :
(1) ketika kita membacakannya sebuah cerita/dongeng mereka akan meminta kita mengulanginya lagi, lagi dan lagi. Kita yg tua sampai bosen tp dia tak pernah bosen mendengar cerita kesukaannya itu diulang2 berkali-kali berhari-hari.
(2) mereka yg antusias belajar membaca lalu bisa, tapi mereka tidak paham dengan apa yg mereka baca.
Silahkan dipraktikkan.
Kalau mereka hari ini minta dibacakan cerita A besok minta cerita B besoknya lagi C esok lagi D dan kalau mereka sdh paham dengan apa yg dibacakan, artinya otak mereka sdh siap menerima hal2 yg kognitif.
Lalu apa yg seharusnya kita ajarkan pada mereka (0-7/8th)?
1. JANGAN DIMARAHI
2. TIDAK DIAJARKAN MEMBACA, MENULIS, MENGHITUNG.
3. Bermain role play; memahami bahasa tubuh, suara dan wajah; berbagi hal yg memberikan pengalaman emosional, field trip, mendengarkan musik, mendengarkan dongeng,
4. Bahkan, anak usia 0-12th pengasuhan dan pendidikannya ditujukan untuk membangun emosi yg tepat, empati, (mood & feeling)

Jadi, aturan pemerintah tentang usia masuk SD harus minimal 7th itu bukan tanpa alasan.
Tentu boleh2 saja menyelipkan angka dan huruf, tapi tidak belajar membaca dan menulis dan menghitung.
Mudah nangkep & ingatannya tajam atau tidak bukanlah ukurannya.
Bagaimana dengan tidak mengajarkan anak calistung diusia emas diartikan kita memanjakan anak? wong dia belum bisa mikir itu sudah waktunya dipelajari atau belum :) Usia emas itu jualannya susu Formula Pak.. :) Usia emas semestinya kita artikan sebagai masa2 tumbuh kembang anak yg paling pas untuk kita tanamkan budi pekerti dan akhlak yg mulia.
Slogan TK: bermain sambil belajar, belajar seraya bemain JANGAN diartikan dng BELAJAR calistung.
Para peneliti otak diseluruh dunia sepakat bahwa PFC seorang anak belum siap untuk dijejalkan hal2 yg kognitif. Apa akibat dr pemaksaan terhadap hal2 kognitif?
– membuat anak tidak mampu menunjukkan emosi yg tepat.
– kendali emosi (intra personalnya terganggu)
– sulit menunjukkan empati.
Sudah banyak ortu yg mengeluhkan: anak2nya ketika masih usia dini sangat antuasias belajar CALISTUNG lalu ortunya merespon dengan memberikan porsi lebih banyak entah mengajari sendiri secara intensif atau memasukkannya ke les2 calistung daaannnn ujung2nya datang pada satu masa anak2 itu bosan lalu akhirnya mogok belajar mogok sekolah. mereka menjadi malas. Itu terjadi karena otaknya yg terforsir sudah kelelahan. Bahkan ada yg saat mau ujian malahan blank, nggak bisa mikir sama sekali.
Tenang, Pak… kita hanya perlu waktu 3 bulan untuk melatih seorang anak bisa metematika, namun diperlukan waktu lebih dari 15 tahun untuk bisa membuat seorang anak mampu berempati, peduli teman dan lingkungan serta memiliki karakter yang mulia untuk bisa menciptakan kehidupan yang lebih baik. Ini sudah terbukti.
Jadi sudah sangat jelas alasan saya tidak setuju dengan diadakannya lomba calistung untuk anak TK dan sederajat di Madrasah kita. ahh belum lagi efek kejiwaan yg dihasilkan pd anak2 itu karena mengikuti lomba2 terlalu dini apalagi calistung. Sudah terlalu panjang, kapan2 Insyallah saya tulis jg disini.
Wassalam.

*Pengetahuan yg saya tulis diatas saya dapatkan (sarikan) dari hasil mengikuti seminar2 parenting ibu Elly Risman, Psi dan talkshow2 serta tulisan2 Ayah Edy.
*Ini saya lampirkan Surat Edaran Dirjen Mandikdasmen tentang larangan Calistung pada PAUD dan larangan ujian/tes untuk masuk SD. Silahkan di download. Bisa ditunjukkan pada sekolah yg memberlakukan syarat tes calistung untuk masuk SD dan sederajat.
 

Rotiboy - Who is the founder

Hiro Tan - Founder & Leader Of the Rotiboy Bun Revolution

Hiro Tan is the Founder, Managing Director of Rotiboy Bakeshoppe Sdn Bhd. A Penangite who graduated from the University of Malaya, he has journeyed through a rough road to success. His first venture into the fresh mushroom business did not succeed but provided two valuable lessons. Never venture in to a business when , 1. One does not have proper expertise in that business and 2. One does not have sufficient ready funding for the business.
A short but enriching stint of 9 months with Prudential Assurance enhanced Hiro's understanding about human values, about doing the right thing.
Training as a Station Manager for Singapore Airlines in 1991 ended in " disaster " but also made Hiro aware of the intricacies of Excellent Customer Service. Meeting challenges and exceeding expectations becomes a natural and indispensable trait and commitment. One significant effect of the " disaster " is the realization of what human compassion and corporate compassion means and that is one value that is very evident in Rotiboy's human resource policies.
Starting Rotiboy in 1998 is the beginning of a long and challenging journey to realize a dream which is to create an organization that will bring about positive difference to the people around him. Embarking on this journey would not have been possible without the assistance his elder sister who provided all recipes and most importantly the rotiboybun and his younger brother who is actively assisting him.
After 4 years in the wilderness, including the migration from Penang to Kuala Lumpur in 2001, by GOD's grace and some kind human souls, the dream started to bear fruit when the first store in Kuala Lumpur, funded by loans and proceeds of his brother's car, started to sell more and more buns leading to commencement of operations in Singapore ( 2004 ), Surabaya ( 2004 ), Jakarta ( 2005 ), 2006 ( Bangkok ), Seoul ( 2007 ), Taiwan ( 2008 ).
Hiro Tan is all about passion, focus, perseverance, determination and undying commitment. Today, Hiro Tan is about achieving success without compromising on his values, creating wealth to be shared with his colleagues, accepting development without destroying the planet, yielding power with great compassion. Most of it all, Hiro Tan is about making a positive difference to the people around him.
Noble intentions that may not be fully achievable but then again, everything starts with a dream and an intention, don't they?

http://www.malaysia.rotiboy.com/index.php?p=about&s=thefounder

Sunday, September 7, 2014

Enchepabol

Derived from Vitamin B6, Encephabol is a water-
soluble drug otherwise known as pyrithioxine or
pyridoxine disulfide, but perhaps best-known by
its generic name Pyritinol. It is a semi-natural
drug developed by Merck Laboratories and
commercially distributed for use by those with
cognitive function issues. In many European
countries, it was used to treat children with
learning disorders.
What is Encephabol?
Encephabol is a stimulant that targets the central
nervous system and belongs to what are
categorized as anti-alzheimer's drugs. Common
uses of the medication include treatment for
memory impairment and dementia as well as
relief from hangover.
Encephabol has been available as a prescription
as well as an OTC drug in several countries and
used to treat various cognitive and learning
disorders among children. In European countries,
the medication has been approved as a
symptomatic treatment of chronically impaired
brain function in dementia syndromes and in
supportive treatment of sequelae of craniocerebral
trauma.
Encephabol Benefits
Many people find the use of Encephabol to be
very beneficial especially in terms of treating
hangover. However, the actual main purpose of
the medication is to help increase mental
function, due to the nootropic compounds present
within that may bring such results.
Encephabol Side Effects
Encephabol users are likely to experience sleep
disturbances as a result of increased excitement.
There are also cases where the user would
experience loss of appetite, headache as well as
tiredness. Rashes on the skin and an irritation in
the mucus membranes may occur as well. Other
side effects of Encephabol may include itching,
nausea and vomiting. In very rare cases, it has
been found to cause acute pancreatitis and
photoallergic eruption.
As a precaution, pregnant women and lactating
mothers should use this with care. This nootropic
is generally safe for use on the elderly and
children.
How does Encephabol help brain function?
It is unclear as to the exact mechanism of action
of Encephabol. It is believed, however, that the
medication increases the ability to deliver glucose
into the brain. The brain is incapable of using fat
as a source of energy, unlike the other parts of
the body, and instead uses glucose, which it is
incapable of storing. It is believed that this
increase from Encephabol in glucose uptake, in
theory, would result to an increase in energy and
thus an increase in the brain function.

Tuesday, September 2, 2014

Bercermin Pada Ibu

Setiap hari kita menatap cermin, khususnya ketika berdandan. Kadang-kadang kita menyukai gambaran yang terpantul, kadang-kadang tidak. Dengan menatap cermin, seolah-olah terjalin hubungan antara diri kita dengan bayangan di cermin. Kita seperti mencari konfirmasi tentang keberadaan diri kita, dan semakin mengenali diri sendiri.

Demikian pendapat penulis buku The Cinderella Complex, Colette Dowling. Menurutnya wanita menatap cermin guna mempertahankan keseimbangan dirinya. Kata Dowling, kebutuhan untuk menjadi yang terbaik sebagai ‘wanita tercantik di seluruh jagat’, sesungguhnya muncul dari perasaan tidak berharga. Perasaan ini dialami oleh banyak wanita. Wanita yang menderita perasaan ‘kosong’ membutuhkan suatu pengakuan. Perasaan semacam ini adalah pertanda bahwa semasa kecil ada suatu kebutuhan yang tidak terpuaskan karena tidak diperoleh dari ibunya. Bila kebutuhan ini, yang disebutnya sebagai kebutuhan ‘bercermin’ – yakni respon setuju dari ibu -- tidak terpenuhi, sebagai orang dewasa, wanita itu tidak dapat menghargai dirinya sendiri.

Bagi anak perempuan, sikap ibu terhadap dirinya sendiri sebagai wanita sangatlah penting. Pakar psikoanalis, Esther Menaker, Ph.D dari New York University mengatakan, “Apabila seorang ibu tak puas dengan dirinya sendiri, bila dia merasa rendah diri dan menganggap kemampuannya berada di bawah pria, maka perasaan-perasaan ini secara tak sadar akan dikomunikasikan pada anaknya, dan kelak akan menjadi inti identitas keperempuanan si anak tersebut.”

Bila seorang anak perempuan ‘tidak bercermin’ di masa kanak-kanaknya karena tidak mendapat ‘pengakuan’ dari ibunya, ia akan terus-menerus mencari ganti kasih ibu dan rasa nyaman yang tidak diperolehnya. Perasaan nyaman akan datang dari luar: dari prestasi, pengakuan, atau pujian, yang digunakannya untuk mengisi kekosongannya. Bila kebutuhan akan pengakuan ini tidak terpenuhi juga, maka ia akan menyalahkan diri sendiri, menganggap diri sendiri tidak cukup baik, tidak cukup menarik.

Wanita yang semasa kecilnya ‘tidak bercermin’ ini tidak akan merasa puas: hidupnya tidak cukup ‘hangat’, tidak cukup aman. Ia akan mencari rasa aman dari hal-hal yang membuatnya ketagihan, seperti minum minuman keras, tidur berlebihan, shopaholic, nonton televisi sepanjang waktu, atau bahkan menggunakan narkoba. Kegiatan itu bisa memberi kesenangan sementara, tapi tetap tidak meningkatkan citra dirinya. Sebaliknya, kegiatan-kegiatan itu justru menggerogotinya.
Kita menatap cermin bukan hanya untuk memeriksa kesempurnaan rias wajah, tapi juga untuk alasan lain yang tak ada hubungannya dengan penampilan. Dan ternyata, ‘cermin’ dari seorang ibu sangat besar dampaknya.

Penulis buku The Cinderella Complex, Colette Dowling, punya pengalaman pribadi yang menarik. Suatu hari putrinya yang berusia 19 tahun memprotesnya, “Kenapa sih, Mama selalu memusingkan penampilanku? Kenapa juga aku harus selalu tampil menarik dan mengenakan baju-baju bagus?”

Ia terhenyak, karena selama ini tak pernah menganggap dirinya ’ibu semacam itu’. Putrinya Rachel menegaskan, “Ingat ketika Mama memberiku topi baret pada hari Natal? Mama berkata, ‘Kamu suka atau tidak suka, aku yakin kamu pasti tampak keren memakai baret itu.’ Mama begitu mencampuri caraku berpakaian, seakan-akan semua itu buat Mama sendiri.”

Dowling pun tersadar, betapa ia selalu ‘memberi pendapat,’ terlibat sepenuhnya dalam ‘bayangan anaknya di cermin’. Ia jadi malu. Wajah putrinya, daya tariknya, dan pakaiannya, selama ini serasa bagian dari dirinya sendiri.

“Belajarlah mendapat perhatian dari penampilanmu dan takkan sukar menerima kurangnya perhatian terhadap hal-hal lain,” seakan-akan inilah pesan yang diterima seorang wanita semenjak kecil. Dowling menyadari bahwa keinginan dipuji ada pada setiap anak, tapi anak-anak perempuan cenderung mendapat pujian karena kecantikannya, sementara anak laki-laki dipuji karena kekuatan atau kemandiriannya.

Selanjutnya ia berteori, bahwa di balik perhatian wanita terhadap kecantikan, sesungguhnya tersimpan suatu kebutuhan akan pengakuan yang jauh lebih besar dari sekadar penampilan. Kita mencari sesuatu yang hebat : kesempatan menjadi bintang, pemimpin, tokoh sejarah. Dowling mengamati, banyak wanita masa kini mendapat pengakuan dari hasil kerjanya – dari usahanya yang kreatif dan intelektual. Tapi tetap saja, ada perhatian khusus terhadap penampilan yang boleh dikatakan universal sifatnya. Ironisnya, semakin banyak energi yang kita fokuskan pada tubuh sebagai objek pujian, semakin kita tak bisa menikmati ‘kontak’ dengan diri sendiri.

Dowling juga mengamati, sikap pemalu dalam diri wanita seringkali berfungsi sebagai tameng dari keinginannya untuk dianggap lebih dari sekadar berwajah cantik. Daripada merasa cemas karena keinginan itu, wanita bersembunyi di balik ‘bayang-bayang’. Contohnya ketika belanja baju menjelang pesta besar, mungkin saja kita mencoba lima buah gaun yang ‘berani’, tapi akhirnya kembali memilih hitam yang aman. Mengapa? Karena kita tidak ingin menarik perhatian orang pada diri kita. Tapi ketika mengenakan hitam pun kita masih saja merasa kurang nyaman. Talinya kerap turunlah, bicara kita kurang berbobotlah . Melakukan satu kesalahan kecil saja, kita merasa malu luar biasa.

Wanita masa kini mencoba mengatasi ‘warisan’ rasa rendah dirinya dengan upaya perbaikan diri: merampingkan tubuh, merintis kemajuan dalam karier, melakukan sesuatu lebih cepat dan lebih hebat dari orang lain. Dengan melakukan hal itu, seringkali kita mengesampingkan suatu problem yang harus dihadapi: kenyataan bahwa kita tidak mengagumi diri sendiri.

Penulis buku The Cinderella Complex, Colette Dowling berpendapat, bahwa yang dibutuhkan wanita bukanlah rasa kagum dari orang lain, tetapi perasaan cinta diri. Dan menurutnya, membangun cinta diri berarti meninjau ulang hubungan kita dengan ibu kita. Sebagai kanak-kanak kita perlu mengidolakannya, secara tak sadar tidak menghiraukan kelemahan-kelemahannya, obsesinya. Untuk mengurangi kecemasan bahwa kelemahan ibu mempengaruhi diri kita, kita memakai pelindung mata. Tapi, bila kita ingin berkembang menjadi wanita yang benar-benar mandiri, hal itu harus berubah. Kita harus mulai menerima kekurangan ibu kita. Melihatnya lebih manusiawi –menerima kekurangannya– memberi kita izin menerima diri kita apa adanya.

Soal hubungan ibu-anak ini, ada pengalaman unik yang dialami Dowling. Setelah diterbitkannya The Cinderella Complex, ia berkeliling memberi ceramah. Ketika diminta bicara di sebuah perguruan tinggi di Columbia, South Carolina, dekat tempat tinggal orang tuanya, ia merasa bersemangat karena ibunya berkesempatan menghadiri ceramahnya.

Ceramah berlangsung lancar. Tapi komentar ibunya sungguh di luar dugaan. “Well, aku suka melihat cahaya lampu menyinari rambutmu di atas panggung.”Dowling merasa kecewa. Ia sesungguhnya ingin ‘bercermin’, ingin mendapat pengakuan ibunya. Bukan soal penampilannya, tapi soal bobot ceramahnya, atau caranya membawakan ceramah itu. Tapi Dowling segera memahami ibunya. Wanita tua itu rupanya merasa kesulitan membangun kontak dengan anak perempuannya yang berdiri di balik podium. Ia merasa jauh, seperti menghadapi orang yang tidak dikenal. Ia lalu mencari kedekatan, pada sesuatu yang dikenalnya, sesuatu yang masih diingatnya, yaitu rambut anak perempuannya yang lembut, pirang, dan berkilauan.

Memaklumi keterbatasan ibunya membuat Dowling menyadari, bahwa ia dan ibunya adalah dua pribadi dewasa yang terpisah. Ia merasakan empati yang mendalam terhadap ibunya, dan semakin bisa mengenali dan menerima dirinya.
Setiap hari kita menatap cermin, khususnya ketika berdandan. Kadang-kadang kita menyukai gambaran yang terpantul, kadang-kadang tidak. Dengan menatap cermin, seolah-olah terjalin hubungan antara diri kita dengan bayangan di cermin. Kita seperti mencari konfirmasi tentang keberadaan diri kita, dan semakin mengenali diri sendiri.

Demikian pendapat penulis buku The Cinderella Complex, Colette Dowling. Menurutnya wanita menatap cermin guna mempertahankan keseimbangan dirinya. Kata Dowling, kebutuhan untuk menjadi yang terbaik sebagai ‘wanita tercantik di seluruh jagat’, sesungguhnya muncul dari perasaan tidak berharga.

Dra. Agustine Sukarlan Basri, M.Si. psikolog dan dosen Psikologi Perempuan & Gender’ dari Fakultas Psikologi UI, menjelaskan bahwa konsep Cinderella Complex yang ‘diciptakan’ oleh Collete Dowling sebagai serangkaian gejala psikologis yang dialami wanita yang takut akan kesuksesan (fear of success). Dowling menulis buku tersebut berdasarkan pengalaman pribadinya yang dikupas melalui pendekatan teori psikoanalis dan belajar sosial (modeling). Ia mencoba menggambarkan besarnya peran ibu dalam pembentukan citra diri anak, terutama anak perempuan. Segala sikap, emosi dan perilaku ibu terhadap anak akan menjadi cermin bagi anak dalam memandang dirinya.

Dulu, hal yang lebih mendapat perhatian ibu adalah kulit luarnya saja. Anak perempuan harus tampil cantik, wangi dan sempurna dalam penampilan. Bisa dipahami karena nilai wanita tempo dulu adalah menekankan pada femininitas. Hal ini sebenarnya sah saja, asalkan tidak terlalu berlebihan dan perlu diimbangi dengan pengembangan inner beauty.

Namun agar tidak terpaku pada citra diri wanita yang konservatif, kita dapat memutuskan ‘warisan’ nilai feminin dari ibu kita dan mengubahnya sesuai dengan tuntutan zaman. Meskipun hasrat berprestasi atau kemandirian jarang ditanamkan dalam diri wanita sejak kecil, namun sudah saatnya wanita berani menunjukkan potensi yang dimiliki serta menggunakan kesempatan untuk meraih kesuksesan dalam bidang apapun. Di sinilah sebenarnya Dowling juga ingin mengajak wanita untuk tampil percaya diri pada kemampuan dan kemandiriannya.

Selanjutnya, apabila kita sudah menjadi ibu, hendaklah dapat menjadi ‘cermin’ yang baik bagi anak, terutama anak perempuan. Kita diharap bisa memberi penilaian obyektif terhadap kelebihan-kekurangan yang dimiliki sang anak. Mulailah mendidik putri kita dengan nilai-nilai yang bersifat androgynous, mengkombinasikan nilai maskulin dan feminin secara proporsional. Sehingga nantinya ia dapat menghargai dirinya, tidak hanya dari penampilan atau kecantikan secara fisik, tetapi juga dari prestasinya. Boleh saja mempunyai harapan tertentu pada anak dan tidak memaksakan kehendak. Dengan demikian diharapkan kelak, anak dapat mengembangkan citra dirinya, memiliki rasa percaya diri dan mandiri.





Shinta Kusuma
Sumber: http://www.pesona.co.id/refleksi/refleksi/bercermin.pada.ibu.4/001/001/34

Jika Kepala Bayi Terbentur

Tanya: Anak kami yang berusia 5 bulan baru saja terjatuh dari atas tempat tidur karena kelengahan kami yang tertidur pulas. Anak kami tidak terluka tetapi tapi kami tidak tahu apakah ada luka dalam dan harus diperiksakan kebagian apa untuk mengetahuinya. Apakah ada efek sampingnya untuk pertumbuhan anak kami dan baikkah untuk bayi berumur 5 bulan dibawa ke urut bayi?
Jawab: Bayi yang jatuh dari tempat tidur (+ 50 cm dari lantai), meskipun kepalanya terbentur, biasanya tidak berakibat buruk. Karena tulang kepala bayi masih cukup elastis, ubun-ubun belum menutup hingga perubahan tekanan tidak memberikan benturan yang keras pada otak.

Bayi terjatuh dari tempat tidur, perlu diperhatikan bagaimana posisi bayi saat jatuh, bagian tubuh mana yang terbentur lantai, pingsan atau tidak, bila pingsan berapa lama, muntah atau tidak, adakah benjolan di kepala setelah jatuh, adakah tulang kepala, tulang leher, bahu, tangan atau kaki yang retak, adakah gangguan penglihatan.

Anak tidak terluka, tidak selalu tidak ada luka dalam. Trauma kepala dengan luka ringan tidak selalu menimbulkan kegawatan. Sebaliknya benjolan kecil di kepala akibat terbentur lantai dapat menimbulkan kegawatan.

Jika pingsan, ada benjolan di kepala, sakit kepala atau muntah yang menetap, keluar cairan/ darah dari telinga atau hidung, adanya kelumpuhan di wajah atau ada kebutaan perlu pemeriksaan CT scan kepala.

Pasien yang sembuh dari trauma kepala berat, umumnya mempunyai gangguan yang menetap, sedangkan trauma kepala ringan dan sedang memiliki resiko mengalami gangguan fungsi kognitif dan motorik di kemudian hari. Namun hampir sebagian besar kasus trauma kepala ringan pada anak tidak memberikan gejala sisa di kemudian hari. Urut / pijat bayi dapat dilakukan pada bayi umur 5 bulan, bahkan pada bayi prematur. Ibu sebenarnya dapat melakukan pijat bayi sendiri tapi harus sesuai pedoman. Bila belum tahu caranya, sebaiknya bawa terlebih dulu ke therapist di rumah sakit.

Banyak sekali manfaat pijat bayi, di antaranya memperbaiki sirkulasi darah dan pernafasan, meningkatkan berat badan, mengurangi depresi dan ketegangan, membuat tidur lebih lelap, mengurangi kembung dan kolik (sakit perut) dan meningkatkan hubungan antara orang tua dan bayi.
Linnie Pranadjaja, Sp.A, M.Kes (RS Mitra Keluarga Bekasi)

Sumber: http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Tanya+-+Jawab/jika.kepala.bayi.terbentur/001/006/283/1/4

Saat Bayi Jatuh

Cepat dan tepat bertindak! Jangan ragu membawanya ke dokter bila Anda yakin merupakan tindakan yang tepat. Selain itu, bila bayi sering jatuh, Anda mesti segera mencari penyebabnya.

Segera bawa ke dokter, klinik atau rumah sakit, terlebih jika bayi tidak sadarkan diri. Tindakan ini sangat penting karena anak di bawah usia 2 tahun sangat rentan mengalami cedera tulang kepala serta perdarahan di dalam.

Beritahukan dokter
hal-hal yang Anda lihat atau temukan saat bayi jatuh dan menangis. Bila tidak menangis, buat dia menangis.
  • Periksa dan raba apakah ada benjolan di bagian kepala. Benjolan yang harus diwaspadai adalah yang terletak di kepala belakang kiri atau kanan.
  • Gerak wajahnya simetris atau tidak? Misalnya bibir miring bisa merupakan tanda terjadi perdarahan di dalam kepala.
  • Gerak atau aktivitas kaki dan tangannya simetris atau tidak? Bila tidak, mungkin ada tulang yang retak atau patah.
Ikuti saran dokter yang akan memeriksa tubuh bayi secara menyeluruh dari kepala sampai kaki.
  • Bila ada benjolan di kepala, dokter mungkin akan minta pemeriksaan CT-scan untuk mengetahui sejauh mana trauma yang dialami. Hasil pemeriksaan ini bisa menunjang hasil pengamatan Anda sebelumnya.
  • Bila ada tulang yang retak atau patah, dokter biasanya akan melakukan tindakan konservatif, seperti memasang pelindung tulang atau gips agar cedera tulang tidak bertambah parah. Biasanya pada anak-anak sangat jarang dilakukan tindakan operasi.
  • Bila ada memar, yakni bengkak dan warna kulit kebiru-biruan, berarti terjadi perdarahan di bawah lapisan kulit atau lapisan yang lebih dalam lagi. Sebaiknya kompres dengan es batu yang dibungkus handuk selama lebih kurang 15 menit, untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak. Biasanya tanpa obat pun perdarahan seperti ini akan diserap oleh tubuh.
  • Bila ada luka gores dan berdarah, cukup dicuci dengan air bersih yang mengalir dan sabun antiseptik untuk menghilangkan kotoran dan membunuh bakteri.
  • Bila ada luka dan mengeluarkan darah cukup banyak, tekan luka dengan kain kasa bersih agar perdarahan berhenti. Cuci luka dengan air bersih yang mengalir dan sabun antiseptik. Lalu oleskan cairan antiseptik dan tutup dengan plester.
Bila dizinkan pulang, tanyakan apa saja yang perlu diperhatikan. Biasanya dokter minta agar kondisi benjolan dipantau selama 3 hari, apakah mengecil atau malah membesar. Lalu apakah bayi mengalami muntah berulang, kejang, aktifitas tangan dan tungkainya tidak simetris, raut wajah tidak simetris, kontak mata tidak sebaik seperti sebelum jatuh, ada perubahan pola tidur, atau bagian ubun-ubunnya menjadi tegang -yang menandakan terjadinya perdarahan. Bayi yang mengalami gejala-gejala ini harus segera dibawa ke rumah sakit. Sebaliknya, bila tidak ditemukan gejala-gejala seperti ini, maka bayi Anda baik-baik saja.

Ketahui “Sejarah Jatuh.” Ketika bayi terjatuh dan Anda tidak ada di tempat kejadian, minta tolong orang terdekat untuk segera membawanya ke dokter. Usahakan agar Anda bisa berkonsultasi langsung dengan sang dokter, misalnya lewat telepon. Sebelumnya, gali informasi dari orang yang menemukan bayi Anda jatuh dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:
- Jatuh dari mana dan bagaimana posisi jatuhnya?
- Apakah ada benjolan di kepalanya? Jika “ya”, di bagian mana?
- Bagaimana kondisi anak sekarang? Apakah dia pingsan atau tidak?
- Bagaimana gerak tangan dan kakinya, juga wajahnya saat menangis?

Cegah Jatuh
  • Bayi harus selalu dalam pengawasan Anda atau orang dewasa lain. Jangan pernah meninggalkannya sendiri di tempat yang tinggi atau berisiko jatuh, seperti babytafel, tempat tidur atau kursi.
  • Bila Anda terpaksa meninggalkannya sebentar, letakkan bayi di dalam boks yang telah diberi pelindung di sekelilingnya sehingga aman saat dia berguling-guling.
  • Bila bayi tidur bersama Anda, tidurlah di bawah. Atau, letakkan alas yang empuk di bawah tempat tidur.
  • Saat menggendongnya, yakinkan Anda memegang atau memeluknya dengan baik dan mantap, tapi tak perlu terlalu ketat.
  • Hindarkan bayi, apalagi yang sedang berlatih berjalan, dari lantai atau permukaan yang licin. Misalnya, segera bersihkan ceceran air, atau pasang alas karet di kamar mandi.
  • Hindari penggunaan kaus kaki dan babywalker.
  • Beri pagar pelindung di tangga yang tidak memungkinkan bayi merangkak atau berjalan naik turun tangga.
  • Kenakan tali pengaman saat bayi duduk di car seat, high chair atau stroller.
  • Jangan lupa menutup pintu, dan hindari jendela yang mudah terbuka. Lebih baik beri teralis. (me).

Dari: http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/bayi/tips/saat.bayi.jatuh/001/005/808/1/1

Monday, September 1, 2014

Hugs




Slow Down Mummy

Slow down mummy, there is no need to rush,
slow down mummy, what is all the fuss?
Slow down mummy, make yourself a cup tea.
Slow down mummy, come and spend some time with me.

Slow down mummy, let's put our boots on and go out for a wal...k,
let's kick at piles of leaves, and smile and laugh and talk.
Slow down mummy, you look ever so tired,
come sit and snuggle under the duvet and rest with me a while.

Slow down mummy, those dirty dishes can wait,
slow down mummy, let's have some fun, let's bake a cake!
Slow down mummy I know you work a lot,
but sometimes mummy, its nice when you just stop.

Sit with us a minute,
& listen to our day,
spend a cherished moment,
because our childhood is not here to stay! x

Poem by Rebekah Knight at https://www.facebook.com/slowdownmummy1

Image by: @Darwin Guevarra http://darwinjapatguevarra.wordpress.com/
See More